Pengertian Iman, Pembagian dan Pasang Surutnya Iman - Aswaja Muda Ngemplak Boyolali

Pengertian Iman, Pembagian dan Pasang Surutnya Iman

Pengertian Iman, Pembagian dan Pasang Surutnya Iman

Pengertian Iman
Di dalam kitab at-Ta’rifat, karangan asy-Syarif ’Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Bab al-Alif, halaman 39 (penerbit al-Haramain), sebagai berikut:
ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ : ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ : ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ : ﻫﻮ ﺍﻹﻋﺘﻘﺎﺩ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ ﻭﺍﻹﻗﺮﺍﺭ ﺑﺎﻟﻠﺴﺎﻥ . ﻭﻗﻴﻞ : ﻣﻦ ﺷﻬﺪ ﻭﻋﻤﻞ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﺎﻓﻖ ، ﻭﻣﻦ ﺷﻬﺪ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻤﻞ ﻭﺍﻋﺘﻘﺪ ﻓﻬﻮ ﻓﺎﺳﻖ ، ﻭ ﻣﻦ ﺃﺧﻞ ﺑﺎﻟﺸﻬﺎﺩﺓ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ
Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati. Menurut syara’: Ber-i’tiqad dengan hati dan mengakui dengan ucapan. Dan ada yang berpendapat: Barangsiapa yang bersaksi dan beramal serta tidak ber-i’tiqad, maka orang itu adalah munafik. Barangsiapa yang bersaksi dan tidak beramal serta ber-i’tiqad, maka orang itu adalah fasiq. Dan barangsiapa yang merusak syahadat, maka orang itu adalah kafir.
Didalam kitab Kifayah al-’Awam Fi ’ilm al-Kalam, karangan Syaikh Muhammad al-Fudhali - dicetak bersama - Tahqiq al-Maqam ’ala Kifayah al-’Awam, karangan Syaikh Ibrahim al-Bajuriy, halaman 82 (penerbit al-Haramain), sebagai berikut:
ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻟﻐﺔ ﻣﻄﻠﻖ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻭﻣﻨﻪ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺣﻜﺎﻳﺔ ﻋﻦ ﺃﻭﻻﺩ ﻳﻌﻘﻮﺏ ﻭﻣﺎ ﺃﻧﺖ ﺑﻤﺆﻣﻦ ﻟﻨﺎ ﻭﺷﺮﻋﺎ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Pengertian iman menurut bahasa adalah semata-mata membenarkan. Dan di antara makna iman yang seperti ini adalah firman Allah Ta’ala sebagai hikayat perihal anak-anak Ya’qub: “Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami.” Menurut syara’: Membenarkan terhadap semua apa yang telah dibawa oleh Nabi SAW.
ﻭﺍﺧﺘﻠﻒ ﻓﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺬﻟﻚ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﻌﺮﻓﺔ ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﻋﺮﻑ ﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻳﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﺃﻥ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻋﺎﺭﻑ ﻭﻟﻴﺲ ﺑﻤﺆﻣﻦ
Dan diperselisihkan pada makna “membenarkan dengan yang demikian itu”, maka sebagian mereka berkata: “Dia adalah ma’rifat atau mengetahui. Maka setiap orang yang mengetahui apa-apa yang telah dibawa oleh Nabi SAW maka dia adalah mukmin.” Dan tafsiran ini dibantah bahwa orang kafir-pun mengetahui sedangkan dia bukanlah mukmin.
ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﺍﻳﻀﺎ ﻻ ﻳﻨﺎﺳﺐ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻘﻠﺪ ﻣﺆﻣﻦ ﻣﻊ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﻌﺎﺭﻑ
Dan tafsiran ini juga tidak sesuai dengan perkataan jumhur: “Sesungguhnya muqallid itu mukmin sedangkan dia bukanlah orang yang mengetahui.”
ﻓﺎﻟﺘﺤﻘﻴﻖ ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﺄﻧﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺍﻟﺘﺎﺑﻊ ﻟﻠﺠﺰﻡ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻳﺠﺰﻡ ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻞ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺃﻭ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻘﻠﻴﺪ
Maka yang benar adalah: Menafsirkan tashdiq (membenarkan) itu dengan bahwa dia adalah bisikan jiwa yang mengikuti pada perasaan mantap, baik dia mantap berdasarkan dalil dan dialah yang dinamakan dengan ma’rifat, atau (dia mantap) berdasarkan taqlid.
ﻓﻴﺨﺮﺝ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻷﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻝ ﺭﺿﻴﺖ ﺑﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻻ ﺗﻘﻮﻝ ﺫﻟﻚ ﻭﺩﺧﻞ ﺍﻟﻤﻘﻠﺪ ﻓﺈﻧﻪ ﻋﻨﺪﻩ ﺣﺪﻳﺚ ﻧﻔﺲ ﺗﺎﺑﻊ ﻟﻠﺠﺰﻡ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺟﺰﻣﻪ ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻞ
Maka tidaklah masuk orang kafir karena dia tidak mempunyai bisikan jiwa, karena makna bisikan jiwa adalah bahwa jiwa itu berkata: “Aku rela dengan apa yang telah dibawa oleh Nabi SAW.” Dan jiwanya orang kafir tidak mengucapkan yang demikian itu. Dan masuklah orang yang taqlid karena dia mempunyai bisikan jiwa yang mengikuti pada perasaan mantap meskipun kemantapannya itu tidak berdasarkan dalil.

Didalam kitab Tanqih al-Qaul karangan Syaikh Muhammad bin ’Umar an-Nawawi al-Bantani - Syarah Matan Lubab al-Hadits karangan Jalaluddin ’Abdurrahman ibn Abi Bakar as Suyuthiy, halaman 12 (penerbit al-Haramain), sebagai berikut:
ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻫﻮ ﻓﻰ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺗﺼﺪﻳﻖ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺍﻟﻤﺘﻀﻤﻦ ﻟﻠﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﻤﺼﺪﻕ ﺑﻪ ﻭﻫﻮ ﻓﻰ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺻﻔﺎﺗﻪ ﻣﻊ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺎﺕ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺍﻟﻨﻮﺍﻓﻞ ﻭﺍﺟﺘﻨﺎﺏ ﺍﻟﺰﻻﺕ ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻰ
Iman menurut bahasa adalah pembenaran hati disertai pengetahuan terhadap Tuhan yang dipercayai. Menurut syariat adalah pembenaran, yaitu pengetahuan tentang Allah dan sifat-sifat-Nya seraya melakukan semua ketaatan yang wajib dan kesunahan-kesunahan serta menjauhi semua kesalahan dan maksiat.
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻫﻮ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻭﺍﻟﻤﻠﺔ ﻷﻥ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺪﺍﻥ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻣﻊ ﺍﺟﺘﻨﺎﺏ ﺍﻟﻤﺤﻈﻮﺭﺍﺕ ﻭﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻭﺫﻟﻚ ﻫﻮ ﺻﻔﺔ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ
Boleh dikatakan bahwa iman adalah agama dan syariat, karena agama adalah pelaksanaan semua ketaatan dan menjauhi semua larangan. Itu adalah sifat iman.
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭﻛﻞ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺇﺳﻼﻡ ﻭﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﺇﺳﻼﻡ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻷﻥ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻫﻮ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻻﺳﺘﺴﻼﻡ ﻭﺍﻻﻧﻘﻴﺎﺩ ﻓﻜﻞ ﻣﺆﻣﻦ ﻣﺴﺘﺴﻠﻢ ﻣﻨﻘﺎﺩ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﺆﻣﻨﺎ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻷﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﺴﻠﻢ ﻣﺨﺎﻓﺔ ﺍﻟﺴﻴﻒ ﻓﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﺳﻢ ﻳﺘﻨﺎﻭﻝ ﻣﺴﻤﻴﺎﺕ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﺃﻗﻮﺍﻻ ﻭﺃﻓﻌﺎﻟﻪ ﻓﻴﻌﻢ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﺍﻹﺳﻼﻡ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺗﻴﻦ ﻣﻊ ﻃﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻛﺬﺍ ﻗﺎﻟﻪ ﺳﻴﺪﻯ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ ﺍﻟﺠﻴﻼﻧﻰ
Adapun Islam, maka ia termasuk iman. Setiap iman adalah Islam dan bukanlah setiap Islam adalah iman. Karena Islam berarti penyerahan diri dan tunduk. Maka setiap orang mukmin menyerahkan diri dan tunduk kepada Allah SWT dan tidaklah setiap muslim beriman kepada Allah, karena boleh jadi ia masuk Islam karena takut pedang. Maka iman itu mencakup banyak perkataan dan perbuatan sehingga meliputi semua ketaatan. Sedangkan Islam adalah ibarat pengucapan dua kalimat syahadat disertai ketenangan hati dan pelaksanaan ibadat yang lima. Demikianlah yang dikatakan oleh Sayyidi asy-Syaikh ’Abd al-Qadir al-Jailaniy.

PEMBAGIAN IMAN :
ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﻭﺟﻪ : ﺇﻳﻤﺎﻥ ﻣﻄﺒﻮﻉ ، ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻣﻘﺒﻮﻝ ، ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻣﻌﺼﻮﻡ ، ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻣﻮﻗﻮﻑ ، ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻣﺮﺩﻭﺩ . ﻓﺎﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻄﺒﻮﻉ ﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ، ﻭﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻌﺼﻮﻡ ﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ، ﻭﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻘﺒﻮﻝ ﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ، ﻭﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻮﻗﻮﻑ ﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﻴﻦ ، ﻭﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﺮﺩﻭﺩ ﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ
Iman terdiri atas lima macam:
1) Iman mathbu’ (telah menjadi tabiatnya).
2) Iman maqbul (yang diterima).
3) Iman ma’shum (yang terpelihara dari dosa).
4) Iman mauquf (yang diragukan).
5) Iman mardud (yang ditolak).
Maka iman mathbu’ itu adalah iman para malaikat. Iman ma’shum itu adalah iman para nabi. Iman maqbul itu adalah iman para mukmin. Iman mauquf itu adalah iman para mubtadi’ (ahli bid’ah). Dan iman mardud itu adalah iman para munafik.
KUTIPAN DARI IBNU AL-QAYYIM MENGENAI IMAN.
Di dalam kitab Tahqiq al-Maqam ’ala Kifayah al-’Awam, karangan Syaikh Ibrahim al-Bajuriy, halaman 82 (penerbit al-Haramain), sebagai berikut:
ﻧﻘﻞ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺃﻥ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻭﺍﻟﻨﻘﺺ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﻳﺰﻳﺪ ﻭﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻭﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻻ ﻳﺰﻳﺪ ﻭﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻭﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﺇﻳﻤﺎﻥ ﻳﺰﻳﺪ ﻭﻳﻨﻘﺺ ﻭﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﺑﻘﻰ ﻗﺴﻢ ﺭﺍﺑﻊ ﻭﻫﻮ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻭﻻ ﻳﺰﻳﺪ ﻭﺟﻌﻠﻪ ﻋﻘﻠﻴﺎ ﻓﻘﻂ ﻭﻣﺜﻞ ﻟﻪ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺈﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﻔﺴﺎﻕ
Telah dikutip dari Ibnu al-Qayyim bahwa ditinjau dari segi bertambah dan berkurangnya, iman itu ada tiga bagian:
1. Iman yang selalu bertambah dan tidak berkurang, dan dia adalah imannya para Nabi.
2. Iman yang tidak bertambah dan tidak berkurang, dan dia adalah imannya para malaikat.
3. Iman yang selalu bertambah dan berkurang, dan dia adalah imannya orang-orang mukmin.
Dan tinggal bagian yang ke-empat, yaitu iman yang selalu berkurang dan tidak bertambah dan dia menuruti akal saja. Dan sebagian ulama ada yang memberikan contoh untuk bagian ini dengan imannya orang-orang fasiq.
Tauhid

Artikel Terkait

14 Komentar untuk "Pengertian Iman, Pembagian dan Pasang Surutnya Iman"

Catatan Untuk Para Jejaker
  • Mohon Tinggalkan jejak sesuai dengan judul artikel.
  • Tidak diperbolehkan untuk mempromosikan barang atau berjualan.
  • Dilarang mencantumkan link aktif di kolom komentar.
  • Komentar dengan link aktif akan otomatis dihapus
  • *Berkomentarlah dengan baik, Kepribadian Anda tercemin saat berkomentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel